PANCASILA BAGI SAYA...
Oleh : Nur Ida
Pancasila……. sebuah istilah yang
tidak asing lagi di telinga kita orang Indonesia. Ya , sejak kecil telinga ini
telah terbiasa mendengar istilah itu. Sejak dari SD sampai Perguruan Tinggi……….
Dari Bapak / Ibu Guru sampai Dosen-dosen, tiada hentinya mereka mengajarkan
tentang Pancasila. Sebenarnya apa itu Pancasila?
Kata
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari 2 kata yaitu panca
yang berarti lima dan sila yang berarti asas. Jadi Pancasila berdasarkan
istilahnya adalah lima asas / lima dasar. Dari hal itu dapat diartikan bahwa
Pancasila adalah lima asas / lima dasar yang menjadi ideologi dan dasar negara
Indonesia yang bersumber dari kebudayaan masyarakat Indonesia itu sendiri.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bukan berasal dari negara lain tapi benar-benar digali dari dalam ibu pertiwi bahkan sejak zaman purbakala sudah ada dalam jiwa nenek moyang Indonesia. Tidak percaya ? Buktinya dari ditemukannya kerangka mayat pada zaman Palaeolithikum (Zaman Batu Tua/ Masa Pra Sejarah) menggambarkan adanya penguburan. Penguburan itu membuktikan bahwa nenek moyang Indonesia pada zaman itu sudah mengenal nilai-nilai religi/ketuhanan yang terkandung dalam sila 1 Pancasila “ Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Kerangka mayat tersebut juga merupakan bukti adanya kesadaran nenek moyang pada zaman purba akan nilai perikemanusiaan berupa penghargaan yang tinggi terhadap sesamanya meskipun sudah meninggal. Nilai perikemanusiaan itu oleh Bung Karno diwujudkan sebagai salah satu dasar negara dalam sila ke 2 Pancasila “ Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”.
Bukti
lainnya yakni kesamaan bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia yang
memiliki kesamaan dalam kosa kata dan kebudayaan di wilayah-wilayah Indonesia
merupakan tanda bahwa masyarakat Indonesia secara tidak langsung sudah memiliki
nilai kesatuan. Dan tradisi gotong-royong yang sudah diwariskan sejak zaman
nenek moyang juga merupakan bukti nilai kesatuan yang ada pada masyarakat
karena mengandung nilai kebersamaan. Agar nilai kesatuan ini tetap ada dan
lestari di jiwa-jiwa generasi muda maka dicantumkan sebagai sila ke 3 Pancasila
“ Persatuan Indonesia”.
Kemudian bukti bahwa sila ke 4 “
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan”
yang mengandung nilai–nilai musyawarah ada pada kebiasaan bercocok tanam yang
dari dulu sampai sekarang dilakukan secara bersama-sama. Hal itu menggambarkan
bahwa sudah ada aturan untuk kepentingan itu, yang mengakibatkan timbulnya adat
sosial. Pada zaman itu setiap adat sosial / kelompok tersebut sudah dipimpin oleh Kepala Desa / Kepala Suku yang dipilih
secara bersama. Hal itu juga menunjukkan bahwa nenek moyang sudah mengenal
nilai musyawarah dan nilai-nilai kepemimpinan / leadership.
Sedangkan
sila ke 5 “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang memiliki nilai
keadilan sosial tersebut sudah ada sejak zaman purba. Hal itu tercermin dari
adanya upaya menimbun hasil tani untuk kepentingan bersama dan sistem irigasi
Subak di Bali yang mengatur pengairan sawah para petani secara bergiliran, yang penentuan giliran tersebut melalui
proses musyawarah.
Dari
beberapa bukti tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila yakni nilai religi, nilai perikemanusiaan, nilai
kesatuan, nilai musyawarah dan nilai kepemimpinan serta nilai keadilan sosial
benar-benar bersumber dari dalam kebudayaan dan kebiasaan masyarakat Indonesia
bahkan sejak dari zaman purba.
Pancasila sebagai dasar negara juga
menjadi landasan perjuangan dan perlawanan bangsa Indonesia melawan para
Penjajah. Sila ke 3 Pancasila “ Persatuan Indonesia” merupakan simbol rasa
persatuan yang dimiliki oleh para pejuang Indonesia dalam meraih kemerdekaan.
Hal itu memacu semangat pejuang kemerdekaan dalam melawan penjajah melalui
beberapa perundingan yang ada seperti Budi Utama, Sarekat Islam, bahkan peran
serta perempuan melalui Kongres Perempuan.
Selain berkat rahmat Tuhan Yang Maha
Esa, keberhasilan perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan juga karena
kegigihan para pejuang. Sebelum abad 19, perlawanan yang terjadi hampir di
seluruh wilayah Indonesia masih bersifat fisik, kedaerahan, dan sporadis tanpa
adanya koordinasi persatuan di antara daerah. Sehingga mudah dikalahkan oleh
penjajah (Belanda) dengan politik devide
et impera. Namun bukan berarti semangat juang bangsa Indonesia padam, malah
semakin membara dengan strategi baru. Setelah abad 19, para pejuang memakai
strategi perlawanan baru yang lebih megutamakan persatuan dan kesatuan di
antara daerah yang bersifat politik. Dan ternyata strategi tersebut mampu
mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa persatuan adalah
kekuatan utama bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dan kebebasan.
Saat ini banyak pemuda Indonesia yang
berpikir bahwa kemerdekaan yang dinikmati sekarang adalah hadiah dari Jepang.
Hal ini sungguh mengiris hati. Menurut sejarah… kemerdekaan yang dijanjikan
Jepang adalah kemerdekaan di bawah lindungan Asia Timur Raya (Jepang) yang
berarti segala hal yang ada dalam negara itu baik undang-undang, sistem
pemerintahan dan lainnya diatur oleh Jepang.
Sedangkan kemerdekaan yang kita
rasakan saat ini mulai dari Undang-Undang yang berlaku sampai sistem
pemerintahan semuanya diatur dan dibuat sendiri oleh Pemerintah Indonesia dan
tidak ada campur tangan Jepang. Hal ini membuktikan bahwa kemerdekaan yang kita
rasakan hingga hari ini BUKAN pemberian/hadiah dari Jepang, melainkan dari
kepandaian para pejuang Indonesia yang memanfaatkan kekosongan kekuasaan (vacuum of power) pasca Jepang kalah dari
Amerika dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Untuk itu pemahaman akan Pancasila
sebagai way of life bangsa Indonesia
perlu ditingkatkan melalui komitmen yang serius dalam pengamalan Pancasila.
Komitmen itu antara lain menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Hal itu sangat
penting karena persatuanlah faktor utama kemerdekaan dan kebebasan yang kita
rasakan saat ini. Dengan menjaga persatuan berdasarkan Pancasila maka Indonesia
akan dapat bertahan di era global yang mudah menimbulkan konflik-konflik bagi
kesatuan NKRI. Komitmen tersebut dapat ditunjukkan melalui menjaga tali
persaudaraan dengan semua sanak saudara, teman, dan handai taulan tanpa
membedakan ras, suku, agama, dan lainnya. Karena kita semua satu, yaitu satu
sebagai warga negara Indonesia.
Pengamalan Pancasila yang sesuai
dengan sila 1 “ Ketuhanan Yang Maha Esa ” yaitu percaya terhadap Tuhan yang
Maha Esa sesuai dengan agamanya masing-masing, sikap saling menghormati
kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, toleransi beragama
di kampus dan lingkungan sekitar dan tidak memaksakan suatu agama / kepercayaan
kepada orang lain.
Pengamalan sila kedua yaitu gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan contohnya donor darah, sikap tolong menolong
antar sesama, dan sikap tenggang rasa dan saling mencintai sesama manusia tanpa
mempermasalahkan suku, ras, dan lainnya, juga mengakui persamaan derajat, hak
dan kewajiban antara sesama manusia. Pengamalan sila ketiga yaitu cinta tanah
air, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara serta gotong-royong
dalam acara umum seperti kerja bakti.
Kemudian pengamalan sila keempat
antara lain adanya musyawarah setiap menghadapi masalah, tidak memaksakan
kehendak dalam forum diskusi, menyelesaikan masalah secara kekeluargaan dan
lainnya. Sedangkan pengamalan sila kelima yaitu dengan menghormati hak orang
lain, bersikap adil dalam memecahkan masalah, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghargai hasil karya orang lain.
Tetapi
pengamalan itu, dewasa ini terasa hanya teori dan angan-angan semata. Banyak
penyimpangan yang terjadi seperti baru-baru ini yang ditayangkan di televisi
yaitu perselisihan antar agama (Ahmadiyah), maraknya kekerasan, korupsi,
tawuran pelajar, dan tawuran mahasiswa. Hal itu menunjukkan bahwa pemahaman dan
kepedulian bangsa Indonesia terhadap Pancasila semakin kabur dan menurun. Untuk
itu, pendidikan pancasila perlu ditingkatkan baik melalui pelajaran / mata
kuliah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
http://dhedetpratama.blogspot.com/2011/05/bersikap-positif-terhadap-pancasila.html
bukankah isi dari pancasila itu bersumber dari pemikiran barat? misal contoh sila pertama "ketuhanan yang maha esa" di indonesia agama2 yang ada di indonesia itu ada islam, kristen, hindu, buddha, kong huchu..kita ketahui bersama bahwa sesungguhnya kelima agama tersebut berasal dari luar indonesia yang baru masuk sekitar abad ke 4..sedangkan agama asli nenek moyang indonesia sendiri adalah panteisme(animisme&dinamisme)
BalasHapus