Ayat Al-Qur'an

Kamis, 19 April 2012

Review Sistem Sosial Indonesia Dr. Nasikun

Review Sistem Sosial Indonesia Dr. Nasikun (bab 4-5)

 

 Partai  Politik 

dan  Faktor  Integrasi  Sosial

           
            Tulisan ini bertujuan untuk mereview bab berikutnya dari buku “Sistem Sosial Indonesia” yaitu bab 4 dan 5. Pada bab 4, penulis memahami partai politik sebagai efek kemerdekaan yang telah berhasil mengubah kelompok-kelompok semu menjadi berbagai kelompok kepentingan yang memiliki sifat khusus.
Pada perkembangannya, partai politik yang semula bersifat sosial kultural mulai mengarah menjadi lebih politis. Partai politik yang dijabarkan pada bab ini antara lain Partai Masyumi (Majelis Suro Muslimin Indonesia), PNI (Partai Nasional Indonesia), PKI (Partai Komunis Indonesia), PSI (Partai Sosial Indonesia), dan Parkindo (Partai Katolik dan Kristen Indonesia) yang terpecah karena konflik internal.

            Herbeth Feith memahami ketegangan politik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan pandangan antara pandangan dunia tradisional (tradisi hindu-jawa-islam) dengan pandangan dunia modern (Barat). Perwujudannya menjadi 5 aliran pemikiran politik ; Nasionalisme Radikal, Tradisionalisme Jawa, Islam Sosialisme, Demokrat, dan Komunisme. Sebaliknya, Donald Hindley memandang konflik tersebut dikarenakan 2 macam penggolongan masyarakat Indonesia ; (a) bersifat keagamaan, dan (b) penganut pandangan tradisional serta modern. Berawal dari kedua pandangan ahli tersebut, penulis menyimpulkan konflik yang terjadi dalam sistem kepolitikan Indonesia sebagai akibat dari perbedaan suku-bangsa, agama, daerah, dan stratifikasi sosial yang mewarnai sistem sosial di Indonesia. 

            Sedangkan pada bab 5, Charles L. Taylor dan Michael C. Hudson menilai intensitas ketegangan kepolitikan Indonesia pada saat itu melalui indikator demonstrasi (protes tanpa kekerasan), kerusuhan (ada kekerasan), armed attack (serangan bersenjata), dan terjadinya perubahan lembaga eksekutif. Indikator terakhir tergolong menjadi pemindahan legal-konvensional (regular executive transfer) dan paksaan / coercion (irregular power transfer). Semua indikator tersebut mengarah pada protes politik dan perubahan-perubahan eksekutif  yang akhirnya membentuk rupa dan perilaku sistem sosial di Indonesia. 

            Selanjutnya, penulis kembali membahas apa yang tertuang pada bab 2 dan 3 yang menekankan untuk mensintesiskan pendekatan fungsionalisme structural dan pendekatan konflik guna mengatasi struktur masyarakat yang memiliki perbedaan yang bersifat silang-menyilang (cross-cutting). Selain sebagai sumber konflik, keadaan tersebut dapat dijadikan sebagai faktor yang mengintegrasikan masyarakat Indonesia. Penulis berpendapat bila hal tersebut didukung dengan Pancasila sebagai konsensus nasional akan mampu menjadi landasan bagi masyarakat Indonesia untuk dapat bertahan dari masa ke masa.

            Demikian gambaran umum terkait bab 4 dan 5 dari buku Dr. Nasikun. Berbeda dengan bab sebelumnya, pada kedua bab terakhir ini penulis hanya menggunakan satu metode yakni metode observasi tidak langsung. Metode tersebut nampak dari banyaknya penggunaan teori dan data-data hasil penelitian dari beberapa ahli seperti Herbeth Feith, Donald Hindley, Charles L. Taylor dan Michael C. Hudson dan sebagainya. Sedangkan alur yang digunakan masih alur mundur/feedback. Hal ini terbukti dari diulasnya kembali apa yang tertuang pada bab 2 dan 3.

            Setelah membaca kedua bab terakhir, saya menyimpulkan beberapa keunggulannya antara lain; (a) sama seperti sebelumnya keunggulannya terletak pada data, teori, serta pencantuman catatan kaki yang lengkap. (b) Jika dikategorikan sebagai karya yang original, tingkat originalitasnya sudah lebih baik daripada bab 1-3. Hal itu nampak dari mulai banyaknya pendapat Dr. Nasikun yang tersebar pada bab 4 dan 5 baik penjabaran tentang partai politik sampai landasan masyarakat Indonesia untuk bertahan dari konflik yang terjadi. 

            Sedangkan kelemahannya antara lain; (a) kesinambungan antar ulasan pada bab 5 kurang tampak. Hal ini terlihat dari adanya pengulangan pokok persoalan bab 2 dan 3 yang menjadikan bab 5 semakin rancu. (b) Jika dikategorikan sebagai bacaan yang komunikatif, bahasa yang digunakan masih berbelit-belit dan masih dijumpai kata-kata yang sulit dipahami oleh orang awam seperti kata vicious circle

            Kemudian terkait dengan pendapat Dr. Nasikun tentang cross-cutting sebagai faktor yang mengintegrasikan masyarakat Indonesia bila didukung dengan Pancasila untuk bertahan dari masa ke masa. Saya tidak sepenuhnya setuju karena untuk bertahan hanya dengan mengandalkan cross-cutting dan Pancasila tidaklah cukup. Pancasila sendiri tidak sepenuhnya dihayati oleh semua masyarakat Indonesia dalam perilaku kehidupan sehari-harinya. Sehingga, untuk bertahan dari masa ke masa masyarakat Indonesia selain mengandalkan cross-cutting dan Pancasila, juga perlu mengandalkan kesadaran dan partisipasi dari masyarakat itu sendiri khususnya partisipasi dari mereka yang duduk di pemerintahan.

2 komentar:

  1. Ass...Wr.Wb

    Review itu apa .....?

    "___"???

    BalasHapus
  2. QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus