Review Sistem Sosial Indonesia Dr. Nasikun (bab 4-5)
Partai Politik
dan Faktor Integrasi Sosial
Tulisan ini bertujuan untuk mereview
bab berikutnya dari buku “Sistem Sosial Indonesia” yaitu bab 4 dan 5. Pada bab
4, penulis memahami partai politik sebagai efek kemerdekaan yang telah berhasil
mengubah kelompok-kelompok semu menjadi berbagai kelompok kepentingan yang
memiliki sifat khusus.
Pada perkembangannya, partai politik yang semula bersifat sosial kultural mulai mengarah menjadi lebih politis. Partai politik yang dijabarkan pada bab ini antara lain Partai Masyumi (Majelis Suro Muslimin Indonesia), PNI (Partai Nasional Indonesia), PKI (Partai Komunis Indonesia), PSI (Partai Sosial Indonesia), dan Parkindo (Partai Katolik dan Kristen Indonesia) yang terpecah karena konflik internal.
Pada perkembangannya, partai politik yang semula bersifat sosial kultural mulai mengarah menjadi lebih politis. Partai politik yang dijabarkan pada bab ini antara lain Partai Masyumi (Majelis Suro Muslimin Indonesia), PNI (Partai Nasional Indonesia), PKI (Partai Komunis Indonesia), PSI (Partai Sosial Indonesia), dan Parkindo (Partai Katolik dan Kristen Indonesia) yang terpecah karena konflik internal.
Herbeth
Feith memahami ketegangan politik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan
pandangan antara pandangan dunia tradisional (tradisi hindu-jawa-islam) dengan
pandangan dunia modern (Barat). Perwujudannya menjadi 5 aliran pemikiran
politik ; Nasionalisme Radikal, Tradisionalisme Jawa, Islam Sosialisme,
Demokrat, dan Komunisme. Sebaliknya, Donald
Hindley memandang konflik tersebut dikarenakan 2 macam penggolongan
masyarakat Indonesia ; (a) bersifat keagamaan, dan (b) penganut pandangan
tradisional serta modern. Berawal dari kedua pandangan ahli tersebut, penulis
menyimpulkan konflik yang terjadi dalam sistem kepolitikan Indonesia sebagai
akibat dari perbedaan suku-bangsa, agama, daerah, dan stratifikasi sosial yang
mewarnai sistem sosial di Indonesia.
Sedangkan pada bab 5, Charles L. Taylor dan Michael C. Hudson menilai intensitas
ketegangan kepolitikan Indonesia pada saat itu melalui indikator demonstrasi
(protes tanpa kekerasan), kerusuhan (ada kekerasan), armed attack (serangan
bersenjata), dan terjadinya perubahan lembaga eksekutif. Indikator terakhir
tergolong menjadi pemindahan legal-konvensional (regular executive transfer)
dan paksaan / coercion (irregular power transfer). Semua indikator tersebut
mengarah pada protes politik dan perubahan-perubahan eksekutif yang akhirnya membentuk rupa dan perilaku sistem
sosial di Indonesia.
Selanjutnya, penulis kembali
membahas apa yang tertuang pada bab 2 dan 3 yang menekankan untuk
mensintesiskan pendekatan fungsionalisme structural dan pendekatan konflik guna
mengatasi struktur masyarakat yang memiliki perbedaan yang bersifat
silang-menyilang (cross-cutting). Selain sebagai sumber konflik, keadaan
tersebut dapat dijadikan sebagai faktor yang mengintegrasikan masyarakat
Indonesia. Penulis berpendapat bila hal tersebut didukung dengan Pancasila
sebagai konsensus nasional akan mampu menjadi landasan bagi masyarakat
Indonesia untuk dapat bertahan dari masa ke masa.
Demikian gambaran umum terkait bab 4
dan 5 dari buku Dr. Nasikun. Berbeda dengan bab sebelumnya, pada kedua bab
terakhir ini penulis hanya menggunakan satu metode yakni metode observasi tidak
langsung. Metode tersebut nampak dari banyaknya penggunaan teori dan data-data
hasil penelitian dari beberapa ahli seperti Herbeth
Feith, Donald Hindley,
Charles L. Taylor dan Michael
C. Hudson dan sebagainya. Sedangkan alur yang digunakan masih alur
mundur/feedback. Hal ini terbukti dari diulasnya kembali apa yang tertuang pada
bab 2 dan 3.
Setelah membaca kedua bab terakhir,
saya menyimpulkan beberapa keunggulannya antara lain; (a) sama seperti
sebelumnya keunggulannya terletak pada data, teori, serta pencantuman catatan
kaki yang lengkap. (b) Jika dikategorikan sebagai karya yang original, tingkat
originalitasnya sudah lebih baik daripada bab 1-3. Hal itu nampak dari mulai
banyaknya pendapat Dr. Nasikun yang tersebar pada bab 4 dan 5 baik penjabaran
tentang partai politik sampai landasan masyarakat Indonesia untuk bertahan dari
konflik yang terjadi.
Sedangkan kelemahannya antara lain;
(a) kesinambungan antar ulasan pada bab 5 kurang tampak. Hal ini terlihat dari
adanya pengulangan pokok persoalan bab 2 dan 3 yang menjadikan bab 5 semakin
rancu. (b) Jika dikategorikan sebagai bacaan yang komunikatif, bahasa yang
digunakan masih berbelit-belit dan masih dijumpai kata-kata yang sulit dipahami
oleh orang awam seperti kata vicious
circle.
Kemudian terkait dengan
pendapat Dr. Nasikun tentang cross-cutting sebagai faktor yang mengintegrasikan
masyarakat Indonesia bila didukung dengan Pancasila untuk bertahan dari masa ke
masa. Saya tidak sepenuhnya setuju karena untuk bertahan hanya dengan
mengandalkan cross-cutting dan Pancasila tidaklah cukup. Pancasila sendiri
tidak sepenuhnya dihayati oleh semua masyarakat Indonesia dalam perilaku
kehidupan sehari-harinya. Sehingga, untuk bertahan dari masa ke masa masyarakat
Indonesia selain mengandalkan cross-cutting dan Pancasila, juga perlu
mengandalkan kesadaran dan partisipasi dari masyarakat itu sendiri khususnya partisipasi
dari mereka yang duduk di pemerintahan.
Ass...Wr.Wb
BalasHapusReview itu apa .....?
"___"???
QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
BalasHapus-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsa
• Domino99
• Poker
• Bandarpoker.
• Sakong
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : D60E4A61
• BB : 2B3D83BE
Come & Join Us!