Teori Konflik Karl Marx
Sejarah Awal
Karl Marx adalah
salah satu tokoh sosiologi yang lahir pada bulan Mei 1818 di Trier, Jerman. Ayahnya adalah seorang pengacara yang pindah agama dari
Yahudi menjadi Kristen Protestan. Pemikiran Karl Marx berangkat dari filsafat
Hegel, French, dan David Ricardo (filsafat ekonom klasik). Karl Marx ialah
pendiri ideologi komunis dan juga merupakan seorang teoritikus besar
kapitalisme. Selain ekonom, ia juga seorang philosopis, sosiologis, dan seorang
revolusionir. Ia mendapat gelar Ph.D dalam filsafat pada tahun 1841 di Bonn,
Berlin, dan Jena.
Karl Marx pernah
menjadi pimpinan redaksi sebuah harian radikal 1843-1844. Ia menikah dengan
Jenny Von Westphalen, putri seorang bangsawan, dan pindah ke Paris. Di sana ia
menjadi penerjemah teori-teori Friedrich Engels (Sosialis Prancis). Dari
seorang liberal radikal ia menjadi seorang sosialis. Beberapa tulisan penting
lahir pada tahun 1845, yang membuatnya ia diusir oleh pemerintah Perancis dan
pindah ke Brussel di Belgia.
Bersama dengan
Engels ia menulis Manifesto Komunis. Kemudian pecahlah revolusi’48, berawal di
Perancis, kemudian juga di Prussia dan Austria. Marx kembali ke Jerman secara
ilegal. Tetapi revolusi itu akhirnya gagal. Karena diusir dari Belgia, Marx
akhirnya pindah ke London. Di London mulai tahap baru dalam hidup Marx. Ia
lebih memusatkan perhatiannya pada studi ilmu ekonomi.
Tahun-tahun itu
merupakan tahun-tahun paling suram dalam kehidupannya. Keluarganya miskin dan
sering kelaparan. Karena sikapnya yang sombong dan otoriter, hampir semua bekas
kawan terasing daripadanya. Akhirnya, baru 1867, terbit jilid pertama Das
Kapital, karya utama Marx yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme (jilid
kedua dan ketiga baru diterbitkan oleh Engels sesudah Marx meninggal). Akhirnya
pada tahun 1883, ia meninggal dunia dan pemakamannya hanya dihadiri oleh 8
orang kawannya.
Teori Konflik Karl Marx
Pengertian konflik :
Konflik
merupakan pertentangan antara kelas borjuis melawan kelas proletar yang
memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat produksi).
Kelas
sosial :
Karl Marx
menjelaskan bahwa masyarakat pada abad ke-19 di Eropa, terbagi menjadi 2 kelas
sosial yakni
a. Borjuis : pada jaman kolonialisme kaum pemilik modal yaitu mereka yang
memiliki alat-alat kerja/produksi misalnya pabrik, mesin, dan tanah. Tetapi pada jaman modern, kaum borjuis adalah mereka yang memiliki knowledge/keahlian khusus.
b. Proletar : kaum pekerja miskin.
Dalam sistem
produksi kapitalis kedua kelas tersebut saling ketergantungan namun tidak
seimbang. Kelas proletar tidak dapat hidup jika tidak bekerja. Sedangkan kelas
borjuis meskipun pabriknya tidak berjalan, ia masih dapat bertahan dari modal
yang dikumpulkannya selama pabriknya bekerja yakni dengan menjual pabriknya.
Dengan demikian kelas borjuis adalah kelas yang kuat, sedangkan kelas proletar
adalah kelas yang lemah.
Kedua kelas ini
berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi
terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Dan pemilikan alat-alat produksi sebagai unsur pokok pemisahan
kelas dalam masyarakat. Marx juga menjelaskan bahwa seluruh keteraturan dalam
masyarakat proletar disebabkan adanya pemaksaan oleh para penguasa (borjuis).
Penyebab konflik :
Karena ada kelas-kelas dalam masyarkat dimana terjadi ketidaksetaraan sosial yang tinggi antara kaum borjuis & proletar.
Fungsi konflik :
Untuk mencapai
keadilan dan kemakmuran di dalam masyarakat diperlukan revolusi kelas. Revolusi
ini bisa dilakukan dengan cara kekerasan agar terjadi perubahan drastis ke arah
yang lebih baik.
Faktor
produksi dalam konflik :
Borjuis sebagai
pemilik modal memiliki kontrol penuh untuk mengendalikan roda ekonomi dan
melakukan eksploitasi terhadap pekerja.
Tenaga
kerja :
Perusahaan
dikendalikan sepenuhnya oleh kelas borjuis. Kaum pekerja akan tetap
tereksploitasi bila tidak memiliki kesadaran untuk melakukan perjuangan kelas.
Marx tidak membedakan skill setiap pekerja.
Dampak
konflik :
Karl
Marx lebih menekankan pada dampak negatif dari konflik yakni ;
-Menyebabkan keretakan hubungan
antara anggota kelompok.
-Mengakibatkan perubahan kepribadian
para individu.
-Mengakibatkan kerusakan harta benda
dan nyawa manusia.
-Menimbulkan dominasi atau penaklukan
oleh salah satu.
Akan tetapi, ia juga melihat adanya dampak positif dari
konflik yakni timbulnya gerakan sosial yang besar (revolusi) yang dapat
dijadikan alat yang efektif oleh kelas proletar untuk mendapatkan kesetaraan
dalam pembagian sumber-sumber ekonomi.
Kelemahan
pada teori Karl Marx :
Teori kelas sosial dan konfliknya hanya relevan
pada awal kapitalisme (awal revolusi industri) dan tidak lagi sesuai dengan
masyarakat industry post kapitalis. Hal ini dikarenakan pekerjaan masyarakat
semakin heterogen dan hak-hak dan kemakmuran masyarakat mulai mengalami
peningkatan.
daftar pustaka :
Suseno,
Franz Magnis. 1999. Pemikiran KARL MARX
“Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar